
Presiden Gereja GIDI Pendeta Dorman wandikbo dan Sinode Gereja KIGMI Doktor Beni giyai serta Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo Ketua LAI Pendeta Anwar Tjen foto bersama usai peluncuran Alkitab Perjanjian Baru bahasa Walak di Ilugwa
BeritaPapua co, Mamberamo Tengah — Suatu kebanggaan Suku Walak bisa mengenal Tuhan Yesus dan lebih dekat dengan Tuhan Yesus, lebih dari itu berbicara akrab dengan Tuhan Yesus kepada Allah Elohim dalam bahasa suku walak.
Hal tersebut ditegaskan Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) saat peluncuran Alkitab Perjanjian baru bahasa walak yang digelar dalam bentuk Ibadah gabungan di Ilugwa, Selasa (14/9/2021) pekan lalu.
Dalam peluncuran Alkitab Perjanjian baru bahasa walak itu dihadiri jemaat dari berbagai denominasi gereja yang tersebar di daerah Ilugwa diantaranya Gereja GIDI, Gereja KIGMI, Gereja Katolik dan GKII serta GKI. Turut hadir pula Sinode Gereja KIGMI Doktor Pendeta Beni giyai, Bupati Tolikara Usman G.Wanimbo, Wakil Bupati Mamberamo Tengah Yason kenelak dan Ketua Lembaga Alkitab Indonesia LAI Pendeta Anwar Tjen serta beberapa petinggi Pemerintahan Daerah dan Gereja.
Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman wandikbo mewakili Jemaat Gereja GIDI dan masyarakat suku walak mengapresiasi sejumlah Anak – anak Tuhan dari Gereja GIDI dan Gereja KIGMI serta beberapa denominasi Gereja di Indonesia atas dukungan moril dan materil sehingga Alkitab Perjanjian baru bahasa walak dilaunching saat ini.
“Suatu kebanggaan Suku walak bisa mengenal Tuhan,lebih dekat dengan Tuhan,dan lebih dari itu berbicara dengan Tuhan dalam Alkitab Perjanjian baru bahasa walak, kami semua bersyukur,” ujar Presiden GIDI Pendeta Dorman wandikbo.
Selama ini suku Walak kwatir bahwa suatu saat suku walak bisa punah atau lenyap karena suku Walak merupakan salah satu suku yang mediami di daerah ilugwa pengunungan tengah Papua dengan populasi penduduk paling sedikit yang diapit dari suku lani,suku ubla, suku gem dan suku yali, serta suku – suku lain di Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya. Namun suku walak patut bersyukur kepada pemberi hidup Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa oleh kemurahannya saat ini suku walak memiliki buku kebenaran Alkitab Perjanjian baru berbahasa suku walak. artinya dengan diluncurkan Alkitab berbahasa walak ini menandakan bahwa suku walak tidak akan pernah lenyap seperti anggapan sebagian orang.
“Dengan hadirnya Alkitab perjanjian baru ini memberikan harapan bahwa suku walak kuat,dan tidak akan punah,” tegas Presiden GIDI Pendeta Dorman wandikbo.
Alkitab Perjanjian baru bahasa suku walak yang diterima jemaat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI),dan Gereja KIGMI di ilugwa ini digunakan untuk belajar Firman Tuhan,dan mengajarkan Firman Tuhan kepada anak – anak sekolah minggu,pemuda,dan orang Tua lainnya dimana saja. Alkitab bahasa suku walak ini disebarkan di sekolah – sekolah dari tingkat Taman Kanak – kanak hingga Sekolah Menegah Atas SMA sederajat lainnya untuk menerima pelajaran agama menggunakan bahasa walak selain bahasa Indonesia.
“saya harap dengan diluncurkan Alkitab bahasa walak ini, identitas diri, budaya, kehidupan positif setelah injil diterima tidak akan hilang atau lenyap,” harap Pendeta Dorman wandikbo.
Sementara itu Bupati Tolikara Usman G.Wanimbo memberikan pengargaan setinggi – tingginya kepada Lembaga Alkitab Indonesia LAI telah membantu Tim Bapak Markus kilunga dengan teman – teman menyelesaikan Alkitab Perjanjian baru bahasa walak dengan sukses. Dalam penerjemahan Alkitab Perjanjian baru bahasa walak ini,tim bapak markus kilunga dengan teman – teman menghadapi berbagai tantangan. Namun dengan ketabahan dan ketekunan hati yang tulus dan dengan pertolongan Tuhan Yesus akhirnya Alkitab bahasa walak hadir ditengah – tengah suku walak.
“Sebagai salah satu bentuk apresiasi dan dukungan penuh dari saya sebagai kader Gereja GIDI karena Jemaat Gereja GIDI yang mendominasi daerah Ilugwa selain gereja lain. Maka saya bantu dana 1 milyar untuk pengembangan Alkitab Perjanjian Lama bahasa walak,” pinta Bupati Usman G. Wanimbo.
Menurutnya selama ini terjemahan Alkitab perjanjian baru dan lama dalam beberapa bahasa lokal di Papua dilakukan dengan bantuan misionaris. Tetapi orang walak menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru bahasa walak di lakukan oleh orang walak sendiri. Salah satu kemajuan yang dipelopori orang walak ini patut diapresiasi semua pihak.
Ketua Lembaga Alkitab Indonesia LAI Pendeta Anwar Tjen didampingi kepala Perwakilan LAI Papua Ibu Melvy sterly alfona alfons usai peluncuran Alkitab Perjanjian Baru bahasa walak itu mengatakan sejak 10 april 2000 tim suku walak mendatangi Kantor LAI membahas rencana penulisan Alkitab bahasa walak. Sudah 20 tahun persiapan pengerjaan Alkitab bahasa walak ini dilakukan,persiapan pengerjaan memakan waktu lama karena tim ini memang bekerja100% oleh Hamba-hambaTuhan dari suku walak sendiri dan projek seperti ini sangat berat.
Karena itu kebanyakan projek didunia maupun diPapua selalu dikerjakan oleh misionaris dari luar Papua dan orang Papua hanya pembantu bahasa saja.Tapi tim dari suku walak,dari permulaan penelitian bahasa (fotonoli),untuk mendapatkan ortografi,Literansi merancang bahan baca tulis dalam bahasa daerah dan jalankan kelas buta aksara sampai pada penjermahan Alkitab perjanjian baru,telah dikerjakan sendiri dengan berat. kerjasama melalui,Lembaga Alkitab Indonesia,yayasan pelayanan antar budaya papua,Yayasan Kartidaya,dan sil International semua terwujud baik.
“Karena sudah ada pengalaman pengerjaan Alkitab Perjanjian Baru bahasa walak dengan waktu sangat lama, untuk pengerjaan Alkitab Perjanjian Lama bahasa walak akan dikerjakan dengan cepat. Karena kita sudah punya pengalaman, jadi kurang dari 8 atau 10 tahun sudah selesai,” Imbuh Pendeta Anwar Tjen.
Menurut Ketua LAI Pendeta Anwar Tjen Gereja dan Lembaga Alkitab Indonesia saat ini mengembangkan salah satu tugas Negara Indonesia yaitu turut melestarikan bahasa dan budaya bangsa.
Kepala Perwakilan LAI Papua Ibu Melvy Sterly Alona Alfons ditempat yang sama menyampaikan syukur kepada Tuhan sumber inspirasi yang menyediakan segala sesuatu. Dalam pelayanan di Tanah Papua, Lembaga, Alkitab, Indonesia, (LAI) Perwakilan Jayapura terus berupaya menopang hadirnya Alkitab bagi seluruh umat Tuhan baik yang ada diperkotaan maupun dipelosok. Dalam pelayanan yang panjang dan sulit itu, menjadi tugas dan tanggungjawab utama adalah menghadirkan firman Tuhan dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh umat Tuhan termasuk Alkitab dalam bahasa daerah. Dan kini umat Tuhan di suku besar walak telah menikmati karya besar Tuhan melalui kerja Tim Penyermahan bahasa walak.
“Peristiwa luar biasa dan istimewa ini sebuah sejarah bagi suku besar walak,bagi LAI,bagi bangsa dan dunia ini, bahwa Alkitab hadir dan menyentuh hati umat dalam bahasa ibu suku walak Tuhan sedang bekerja bagi umat walak, sehingga terangnya akan menerangi hati,anak cucu walak, kedepan bahkan lebih dari pada itu dari sinilah banyak suku dan bangsa lain mengenal Kristus,” imbuh kepala perwakilan LAI Papua Alona Alfons.
Ketua Tim Penerjemah Alkitab Perjanjian Baru Bahasa Walak Markus kilunga mengatakan terbitnya buku Alkitab dalam bahasa walak (FANO-WENE) Artinya kabar baik selama ini suku walak mengunakan dalam bahasa Lani (ABELOM WONE) penerbitan buku Fano wene ini memakan waktu cukup lama yaitu 20 tahun sejak 10 April 2000.
“Tim kerja ada lima orang terbagi dalam beberapa tugas seperti menulis, menerjemah dan tata bahasa,” kata Pendeta Markus kilunga.
Dewan gereja suku walak berikan surat mandat untuk menerjemahkan Alkitab perjanjian baru bahasa Walak. Awalnya sulit untuk memulai dari mana karena tidak berpengalaman. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat untuk menyelesaikan tugas mulia ini, berbagai pelatihan dan literasi dibeberapa tempat terus diikuti akhirnya Buku Alkitab perjanjian baru bahasa walak dicetak.
“Saya bersyukur dengan pergumulan panjang,impian orang walak miliki Alkitab bahasa walak terwujud. Tim bersatu dengan hati yang tulus bekerja sampai Alkitab perjanjian baru bahasa walak diluncurkan di Ilugwa,” beber Pendeta Markus Kilunga.
(RH)